… setelah itu kita berjanji,
tadi pagi, esok hari atau lusa nanti
Garuda bukan burung perkutut,
sang saka bukan sandang pembalut.
Dan coba kau dengarkan,
Pancasila itu bukanlah rumus kode buntut,
yang hanya berisi harapan,
yang hanya berisi khayalan…
Juga lirik sinis di lagu “Jangan Bicara” [Album Barang Antik 1984], lagu yang ia tulis meluapkan rasa apatis dirinya atas negeri ini…
Jangan bicara soal idealisme.
Mari bicara berapa banyak uang di kantong kita
atau berapa dasyatnya ancaman yang membuat kita terpaksa onani.
Jangan bicara soal nasionalisme.
Mari bicara tentang kita yang lupa warna bendera sendiri
atau tentang kita yang buta,
bisul tumbuh subur di hidung yang memang tak mancung
Jangan bicara soal runtuhnya moral.
Mari bicara tentang harga diri yang tak ada arti,
atau tentang tanggung jawab yang kini dianggap sepi…
Dan yang lebih membuat meringis adalah saat lagu “Tikus-tikus Kantor” [Album Ethiopia 1986] dibawakan…
Kucing-kucing yang kerjanya molor.
Tak ingat tikus kantor datang men-teror.
Cerdik licik tikus bertingkah tengik.
Mungkin karena si kucing pura2 mendelik.
Tikus tau sang kucing lapar.
Kasih roti jalanpun lancar.
Memang sial sang tikus teramat pintar,
atau mungkin si kucing yang kurang ditatar!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar